19 Januari 2018 adalah hari yang kulalui tanpa sadar hampir setengah
hari. Hari dimana aku terbius secara total untuk menjalani operasi Vitrectomi
di RS Surya Husadha Nusa Dua, Badung, Bali. Hari pertamaku dalam hidup
merasakan yang namanya di operasi dan menerima bius. Tidak ada yang aku ingat
dari setengah hari itu, dan setengah hari sisanya aku lewati dengan rasa
khawatir dan penasaran apakah operasi sudah berjalan sukses?
Jam 8 pagi suster sudah datang ke kamar, membawakan baju
operasi untuk aku pakai. Suster juga sudah menyiapakan kursi roda untuk
mengantarku ke ruang operasi. Terasa dingin hari itu, suasana yang belum pernah
aku alami sebelumnya. Hanya doa dalam hati yang bisa kuucapkan untuk bersiap
menghadapi hal yang benar-benar diluar kuasaku.
Bokap, Nyokap dan my Bro selalu berada disamping untuk memberikan
support yang sangat aku butuhkan saat itu. Namun mereka tidak bisa terus
menemani setelah aku masuk ruang operasi. Sebelum bius disuntikan kedalam
infus, pertanyaan ku yang terakhir pada perawat untuk meyakinkan diriku sendiri
adalah apakah ada kemungkinan aku akan terbangun saat di operasi? Pertanyaan
yang mungkin lucu, namun tetap saja ingin aku tanyakan karena terlalu sering
menonton film-film yang aneh-aneh sehingga aku jadi khawatir akan hal itu. Dan 10
menit kemudian aku sudah tidak ingat apa-apa lagi.
Operasi yang awalnya direncanakan hanya 4 jam berlangsung
lebih lama. Sekitar jam 3 aku sudah mulai sadar, efek obat bius sudah mulai
berkurang. Jantungku berdetak kencang, nafas tersengal-sengal namun tidak bisa
menarik nafas dalam-dalam. Pelan-pelan aku mulai bisa mendengar suara namun
tidak berdaya untuk melakukan apa-apa. Beberapa kali aku mau muntah tapi tidak
bisa keluar apa-apa, memang perutku
kosong sama sekali karena diminta puasa 12 jam sebelum operasi. Mulut dan
tenggorokan terasa penuh dengan minyak pelumas, rasanya yang aneh membuat aku
mual. Sepertinya itu adalah cairan pelumas yang ada pada selang yg dimasukan ke
dalam paru-paruku.
Aku rasa ini adalah cobaan yang beruntun, setelah sebelumnya
istriku pulang ke Denpasar untuk mengobati kakinya karena penyakit kulit yang
tidak kunjung sembuh kini giliranku pulang ke Bali sendiri. Aku mohon semoga
ini adalah yang terakhir, sudah cukup berat aku rasa semua ini disaat aku baru
mulai belajar menjadi manusia dewasa.
Disaat karir baru 2 tahun, disaat baru mulai membangun
rumah, disaat kredit mobil baru berjalan 5 bulan, disaat hutang masih menumpuk
untuk rumah dan mobil, disaat anak-anak masih kecil entah apa arti semua ini.
Apakah ini teguran dari Tuhan karena selama ini mungkin masih ada
keluhan-keluhan yang terlontar dari mulutku. Atau ini memang jalan yang harus
aku tempuh karena selama ini memang aku telah mengabaikan mataku yang sudah
bermaslaah sejak SD. Oh ya Tuhan, entah apa arti semua ini, hamba akan berpasrah
padamu karena ini semua diluar kuasa hamba. Apakah ini hukuman atau jalan untuk
keadaan yang lebih baik nantinya, berikan hamba kekuatan untuk melaluinya dan
berikan hamba kekuatan untuk dapat mengambil pelajaran dari semua ini.
Selalu terbayang hari pertama aku tiba di Denpasar tgl 17
Januari 2018, air mataku berurai begitu deras ketika aku bertemu Nyokap dan aku
menagis sesenggukan sambil duduk dan memeluk pinggangnya. Sudah lama sekali aku
tidak meraskaan dekap kasih saying Ibu ku. Hari ini aku sangat membutuhkannya
dalam keadaanku yang tidak berdaya ini.
Hari 22 April 2018, 4 Bulan 3 hari sejak kejadian itu dan
aku sedang menyiapkan diriku untuk operasi kedua di awal bulan Mei, bulan kelahiran
ku.
No comments:
Post a Comment